Akhir tahun lalu sampai awal tahun 2021 ini aku work from home atau WFH di Bali. Alasannya karena ingin melepas stres tapi tidak meninggalkan perkerjaan. Selain itu juga ada beberapa hari libur di akhir tahun lalu, sehingga aku memutuskan untuk mencoba WFH di bali selama kurang lebih 2 minggu. Nah, gimana sih pengalaman WFH di Bali selama Pandemi?
Pantau peraturan Pemerintah
Saat menjelang akhir tahun, tiba-tiba pemerintah memutuskan untuk menghapus cuti bersama yang terlalu lama selain itu juga ada peraturan baru untuk warga yang ingin berkunjung ke Bali. Setiap warga yang menggunakan pesawat untuk berkunjung ke Bali, wajib menyertakan hasil test PCR minial 2 hari sebelumnya, untuk yang jalur darat dan laut cukup dengan hasil test antigen. Saat itu aku merasa cukup kesal, sebenarnya karena jadwal tiket pesawatku 2 hari sebelumnya adalah hari natal, jadi kan sulit untuk test PCR saat klinik pada libur. Untungnya pemerintah merubah peraturannya jadi minimal 7 hari. Sebenarnya tidak sedikit warga yang akhirnya membatalkan untuk berkunjung ke Bali. Tapi untuk aku sendiri rasanya lebih rugi jika harus cancel rencana aku ke Bali karena selain aku sudah beli tiket pesawat, aku juga sudah booked 5 hotel yang berbeda dan tidak bisa direfund karena harga promo haha..
Jadilah aku pergi ke Bali dengan surat hasil test negatif PCR. Aku bawa master kain 10 lembar dan tentunya hand sanitizer, selain itu juga aku menggunakan face shield saat bertemu dengan banyak orang. Untuk itinerary nya sendiri aku memilih pergi ke tempat yang sepi dengan turis. Selain social distancing, aku memang gak suka bertemu dengan banyak turis kalau sedang traveling. Saat di Bali, polisi juga lebih ketat dengan peraturan, tidak seperti di Jakarta. Mereka datang ke cafe atau restaurant, bahkan pasar (saat itu aku di pasar Ubud) untuk cek social distancing, begitu juga di pelabuhan Sanur (saat itu aku akan menyebrang ke Nusa Penida).
Gunakan layanan Free WiFi
Selama pandemi, tidak semua hotel atau villa menyediakan Free WiFi, jadi kamu harus make sure lagi saat sebelum booking. Baca lagi keterangan hotel dan kamar yang akan kamu pesan. Jika ternyata setalh sampai di Bali, kecepatan internetnya tidak stabil, kamu juga bisa pergi ke cafe atau restaurant sekitar hotel yang menyediakan Free WiFi untuk bekerja. Pengalaman aku saat di Ubud aku ke Sanctoo Restaurant dan Kebun Bistro sangat mengesankan. Selain membantu perekonomian di Bali, karena sangat sepi terutama di Ubud, kamu juga bisa menikmati diskon makanan dan minuman. Selain itu suasananya gak akan bisa kamu dapatkan di tempat lain, terutama di Jakarta. Di Sanctoo Restaurant, kamu bisa menikmati menu makanan dengan harga promo dan bisa berenang. Di Kebon Bistro, suasananya seperti sedang ada di Perancis atau untuk aku seperti dalam anime studio Ghibli.
Lebih Konsentrasi dan Produktif
Selama kira-kira 2 minggu WFH di Bali, jujur aku merasa lebih konsentrasi saat bekerja dan tentunya juga lebih produktif. Alasannya karena pikiran merasa lebih rileks, coba kamu bayangin aku meeting dengan pemandangan laut di depan mata (kebetulan hotel aku di Nusa Penida depannya langsung pantai). Jadi setegang apapun situasi saat meeting, aku tinggal lihat laut aja jadi lebih rileks. Begitu juga saat aku WFH di Bali, tepatnya di Ubud - aku bangung pagi dengan suara burung-burung. Sedangkan kalau di Jakarta, pagi-pagi udah berisik suara mobil motor dan bahkan tukang - karena tetanggaku lagi renovasi rumah. Seharian suara bising yang di dengar saat WFH di Jakarta.
Saran WFH di Bali
Ada beberapa saran untuk kamu yang berencana WFH dari Bali, ini berdasarkan pengalaman aku, ya. Berikut saran WFH di Bali:
Kuatkan stamina
karena Bali itu indah banget, kamu pasti akan tertarik untuk mengunjungi tempat-tempat seperti pantai di Nusa Penida atau Uluwatu. Tapi untuk ke sana dibutuhkan stamina yang kuat, karena gak gampang. Kamu akan menuruni tangga yang terjal dan tinggi. Selain itu menjaga stamina juga salah satu cara mencegah tertular Covid 19.
Ikuti Protokol Kesehatan
Ini wajib ya, jangn mentang-mentang bule di Bali banyaknya gak pake masker dan cuek dengan protokol kesehatan, kamu jangan merasa aman. Coba bayangkan kalo kamu sakit di sana, -selain keluar biaya yang gak murah, bakal ribet pasti ngurus ke rumah sakit atau karantina mandirinya.
Makan dan belanja produk lokal
Kamu bisa membantu banget perekonomian di Bali. Aku lebih sering beli nasi jinggo untuk sarapan atau makan siang dibanding makan di cafe atau restaurant. Begitu juga dengan belanja oleh-oleh, aku lebih memilih pergi ke pasar daripada toko yang besar atau mall.
Nah, itu tadi cerita pengalaman WFH di Bali selama pandemi. Sebenarnya aku masih mau tinggal lebih lama di Bali, sayangnya keluarga aku di Jakarta gak mengijinkan, jadi harus pulang deh.